Berbicara soal nasionalisme sekarang mungkin seperti menggarami lautan. Orang sudah tidak mendengar apa yang dikatakan, tidak melihat apa yang di lakukan. Nasionalisme Indonesia sudah terbawa arus asing.
Nasionalisme Indonesia sudah pernah saya munculkan dalam artikel sebelumnya LINK
Makna dan tujuan Nasionalisme Indonesia jelas tercantum dalam pembukaan undang-undang'45. Dari situ terlihat bahwa masih banyak tujuan yang belum tercapai, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
mari kita lihat Nasionalisme dari masa-kemasa
Orde Lama
Nasionalisme di orde ini bersifat central atau terpusat pada sosok Soekarno. Sosok Soekarno adalah gambaran nasionalisme Indonesia. saya menyebut Sukarno adalah Tuhannya Nasionalismenya Indonesia.
Kebaikan: Nasionalisme bangsa lebih terkontrol, Mampu menjadi bangsa sendri tanpa mencontoh bangsa lain, Nasionalisme mampu menjadikan kebersamaan membangun bangsa dengan tujuan ang tercantum dalam pembukaan UUD'45
keburukan : Kehilangan Soekarno sama dengan kehilangan pemersatu,
Orde Baru
Nasionalisme ordebaru lebih bersifat militerisme dan modern. modern di sini bersifat liberalis. Amerika menjadi patokan perkembangan bangsa.
Kelebihan : keamanan lebih terjamin atau tertata, pertahanan nasional lebih rapat, pembangunan lebih terencana
kekurangan : kurang bisa mengembangan diri menjadi negara mandiri, pemilik modal sebagai poros ekonomi, kesenjangan sosial di tentukan menurut strata seperti pangkat dalam militer.
Refomasi
setelah keterbatasan berkembang di era reformasi nasionalisme berkembang sendiri-sendiri. Bahkan kehilangan identitas sudah pasti. pemodal mesih menjadi poros utama sehingga kesenjangan terjadi, budaya liberalis menjadi budaya nasional. Masa ini saya sebut masa ababil kata anak jaman sekarang. Nasionalisme Indonesia tidak memiliki sejarah, tidak memiliki tujuan, tidak memiliki keterikatan atau kebersamaan, semuanya berjalan sendiri-sendiri. Indonesia hanya dijadikan tempat lahir, bukan lagi tanah lahir.
Kebaikan : kebebasan ini untuk menemukan tujuan Bangsa, entah kapan dan siapa yang menemukan. namun terlihat jelas kita masih berjalan ke arah liberalis. dengan demikian berat sama di pikul ringan sama di jinjing tak lagi menjadi selogan. selogan baru seleksi alam menentukan yang kuat yang berjaya yang lemah yang tertindas.
semoga sedikit coretan ini mampu menyadarkan kita kembali kearah yang benar. biar rakyat yang menentukan kemana tujuan, bukan penguasa politik yang menentukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)