Transkreasi (Penerjemahan Dengan Kreatifitas)

Transkreasi adalah istilah yang diciptakan dari kata "translate atau terjemahan" dan "kreasi", dan konsep yang digunakan dalam bidang studi terjemahan untuk menggambarkan proses mengadaptasi pesan dari satu bahasa ke bahasa lain, sambil mempertahankan maksud, gaya, nada, dan konteksnya. Pesan yang berhasil ditranskreasi membangkitkan emosi yang sama dan membawa implikasi yang sama dalam bahasa target seperti halnya dalam bahasa sumber. Ini terkait dengan konsep lokalisasi, yang juga melibatkan adaptasi teks terjemahan secara komprehensif untuk audiens target. Transkreasi menyoroti peran kreatif penerjemah. Tidak seperti banyak bentuk terjemahan lainnya, transkreasi juga sering melibatkan adaptasi tidak hanya kata-kata, tetapi video dan gambar kepada audiens target.

Teori transkreasi pertama kali dikembangkan di bidang terjemahan sastra dan mulai diadaptasi untuk penggunaan pemasaran dan periklanan global pada awal abad ke-21. Pendekatan transkreasi juga banyak digunakan saat ini dalam terjemahan video game dan aplikasi seluler. 

Konsep transkreasi menekankan peran kreatif independen penerjemah. Dalam konteks pemasaran, penerjemah profesional yang terlibat dalam transkreasi sering disebut sebagai "copywriter" atau "copyeditors", atau sebagai alternatif sebagai "transcreator". 

Latar 

Konsep transkreasi pertama kali dikembangkan oleh penerjemah di India dan Brasil pada pertengahan abad ke-20. Pada tahun 1964, cendekiawan India Purushottama Lal menulis, mengenai terjemahan kontemporer dari klasik Sansekerta, bahwa "penerjemah harus mengedit, mendamaikan, dan mengubah rupa; pekerjaannya dalam banyak hal sebagian besar menjadi masalah transkreasi". Dalam konteks Brasil, istilah ini dikaitkan dengan karya Haroldo de Campos, yang membandingkan transkreasi dengan pemberian transfusi darah. 

Istilah ini juga diakui di Cina. Pada 2010, publikasi desain dan periklanan Cina, Modern Advertising Magazine, membahas istilah tersebut dalam sebuah artikel untuk pertama kalinya. 

Maksud 

Karena pasar terus berkembang, pengiklan menghadapi tantangan khusus. Agar efektif, iklan harus menjangkau hati dan juga pikiran. Dengan demikian, kemampuan untuk melampaui batas-batas bahasa dan budaya sangat penting untuk mencapai strategi pemasaran global yang efektif. Tidak hanya harus menyalin diterjemahkan dengan benar, tetapi faktor-faktor lain juga harus dipertimbangkan, seperti budaya, adat istiadat, dialek, idiom, humor, dan konteks. Setiap kurangnya rasa hormat yang dirasakan terhadap warisan, nilai-nilai lokal, kepercayaan dan budaya dapat berdampak negatif pada konsumen. Untuk memenuhi tantangan ini, perusahaan yang memasarkan secara internasional semakin banyak menggunakan transkreasi, baik melalui perusahaan periklanan mereka atau dengan perusahaan yang berspesialisasi dalam transkreasi. 

Tugas transkreasi termasuk membangun hubungan emosional antara audiens dan pesan dan memaksimalkan relevansi budaya. Banyak faktor yang mungkin berbeda melintasi batas budaya dan bahasa dan harus dipertimbangkan, karena perbedaan ini dapat secara signifikan membatasi efektivitas dan dampak kampanye lintas pasar. Faktor-faktor ini termasuk warisan budaya, nilai-nilai bersama, praktik, dan isyarat dan penerimaan sosial yang lazim, termasuk ekspresi emosi, gerak tubuh, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah. Faktor-faktor ini pada gilirannya mempengaruhi perilaku konsumen dan reaksi mereka terhadap elemen iklan seperti teks, nada suara, humor, pengaturan, casting, dan nada suara. 

Transkreasi juga dapat berdampak positif pada kinerja SEO situs web, karena mendukung pengalaman pengguna dan kualitas konten; dua faktor penting untuk optimasi mesin pencari. 

Hubungan dengan terjemahan 

Secara klasik, dalam skema yang berasal dari abad ke-17, terjemahan telah dibagi menjadi tiga pendekatan: metafrase (terjemahan kata demi kata), parafrase (yaitu "katakan dengan kata lain"), dan imitasi. Demikian pula, dilihat dari segi kontinum antara terjemahan bebas dan terjemahan literal, transkreasi dianggap "paling dekat dengan 'bebas' pada garis literal – bebas". 

 Namun, validitas transkreasi sebagai bentuk terjemahan yang berbeda telah dipertanyakan. Sementara istilah ini telah dianut secara luas oleh broker terjemahan yang mencari bisnis baru, istilah ini telah disambut dengan skeptisisme yang jauh lebih banyak oleh penerjemah profesional. 

Penggunaan komersial 

Pada abad ke-21, beberapa agen terjemahan mulai secara khusus memasarkan diri mereka sebagai agen transkreasi. Transkreasi memungkinkan pemasar lokal untuk mengambil esensi dari pesan iklan global dan menyesuaikannya dengan pasar mereka. Dengan demikian, kampanye iklan global yang mengalami transkreasi menjadi lebih lentur, sambil tetap berpegang pada strategi global secara keseluruhan.

Dengan demikian, kebangkitan transkreasi telah sejajar dengan pertumbuhan kampanye pemasaran internasional. Pada tahun 1960, penagihan internasional menyumbang 6% dari pendapatan kotor sepuluh agen periklanan AS teratas. Pada tahun 1991, bagian itu telah naik menjadi 60%, dan telah meningkat sejak saat itu, sejalan dengan "berpikir global; bertindak lokal" prinsip. 

Contoh yang gagal 

Faktanya, di lapangan tidak semua konten yang ditranskreasikan harus mengamini hal tersebut. Karena pada dasarnya, layanan transkreasi bertujuan agar produk/jasa dapat diterima audiens sasaran. 

Berikut adalah contoh proses transkripsi yang gagal ketika merek sepatu ternama Puma dianggap melecehkan Uni Emirat Arab karena menempatkan bendera negara tersebut dalam produk sepatu keluaran terbaru yang dirilis khusus di UEA. Maksud hati membuat rilisan khusus demi menghormati UEA, produk transkreasi Puma justru melukai masyarakat setempat. Masyarakat UEA menganggap Puma melakukan penghinaan dengan merilis sepatu berdesainkan ornamen bendera negara. Hal ini dikarenakan sepatu yang menyentuh lantai dianggap mendekati najis atau kotoran dalam pemahaman masyarakat setempat.

Adakah Waktu Sejenak

Adakah waktu sejenak
Memikirkan setiap langkah yang kita pilih
Terlalu cepat kita beranjak
Banyak luka yang belum pulih
Samar tak terlihat
Sakit tertusuk pikiran sendiri
Sesak mulut terikat
Kepada siapa sakit ku tutupi

Adakah waktu sejenak
Untuk berbicara tentang harapan dunia
Atau sudah hilang dalam benak
Tertutup ego atas nama cinta
Kata orang dunia hanya fana
Tapi nyata nestapa disekitar kita
Apa mata tak melihat semua?
Atau pura-pura di sebut bahagia

Adakah waktu sejanak
Melihat hijaunya alam disekitar kita
Memilah dengan bijak
Sampah mana tidak berguna
Kau redam dalam pikiran
Kau ucap tak sependapat
Dunia tak memberi yang kau dambakan
Lantas tetes racun kau anggap tepat

Aku lelah sungguh lelah
Kau sakit sungguh sakit
Jangan katakan baik-baik saja

"SOAL JUDI, ADA ATURAN, ADA UNDANG-UNDANGNYA" Bang Ali Sadikin Menjawab

 Saat saya tanyakan tentang aturan dan hukum mengenai judi di Jakarta
"Ada" jawab pak Djumadjitin, Sekda saya itu
"Kekuasaan ada pada kepala daerah, sesuai dengan perundang-undangan" lanjutnya. Setelah mendengar penjelasan itu saya jadi mantap karena ada pegangan. "Saya akan menertibkan perjudian itu" kata saya didepan pak Djumadjitin. "Dari judi saya akan pungut pajak" lanjut saya.
"Boleh. Bisa" Pak Djumadjitin meyakinkan."Undang-undang no.11 tahun 1957 yang memungkinkan Pemerintah Daerah memungut pajak atas perjudian. Hanya gubernur-gubernur lain tidak berani melakukan" jelasnya.
"Untuk keperluan rakyat Jakarta saya berani" jawab saya.
Bekas gubernur Sumarno berencana mengesahkan judi, tapi ragu karena harus menenggang bung Karno. Demikian juga rencana walikota Sudiro mengadakan casino di pulau Edam, tapi ditolak oleh partai-partai agama. "Undang-undang menetapkan, bahwa Kepala daerah bisa memberikan izin kepada seorang bandar Cina, yang menganggap judi adalah budaya Cina. Dan yang boleh berjudi itu hanya orang Cina" tambah pak Djumadjitin.
 
Bagi saya tidak perlu menghubungi menteri sosial. Penjabat Presiden Soeharto pun hanya saya lapori, tidak meminta persetujuan. Pikir saya kalau nanti terjadi apa-apa dengan soal judi biar saya sebagai gubernur yang bertanggung jawab. DPRD yang secara politis dan moralpun tidak akan setuju, juga tidak saya minta persetujuannya.
 
Setelah saya mengizinkan judi, menerbitkan perjudian dan memungut pajak dari sana, orang yang tidak suka kepada kebijaksanaan saya itu menyebut saya "Gubernur Judi" atau bahkan "Gubernur Maksiat". Apa boleh buat saya harus berani bertanggungjawab dengan apa yang saya lakukan.
Tahun 73 Kopkamtib menyatakan pelarangan judi di Jawa tengah dan Jawa barat. Beberapa anak muda yang menyatakan sebagai "Generasi Muda" menyatakan dukungan itu dan mengucapkan terimakasih kepada Kopkamtib.
 
Para wartawan lalu menemui saya. "Soal itu tergantung pada Kopkamtib" jawab saya. Tapi saya didesak terus, sehingga saya meluap.
"Kalian seperti beo saja" kata saya jengkel "Pemerintah bicara judi, kalian ikut-ikutan bicara judi. Apa maunya?".
 
Masih jengkel saya "Judi dan perjudian di Jakarta ini resmi berdasarkan undang-undang. Legal. Lebih baik perjudian itu resmi daripada sembunyi-sembunyi. Kalau secara gelap-gelapan, siapa yang mengambil untungnya? Ayo jawab!. Siapa yang untung kalau gelap-gelapan?"
Saya katakan pula dengan keras dari hasil pajak judi itu pemerintah Daerah Jakarta bisa membangun gedung SD sekian, SLP sekian, SLA sekian, memperbaiki kampung, membuat jalan, dan lain-lain.
"Coba, apakah itu anak-anak muda yang menamakan dirinya generasi muda sanggup kentut yang bisa menghasilkan uang bermiliar rupiah? Ayo coba!" Saya marah. Memang saya merasa dipancing dan marah.
 
Saya jalan, hendak masuk ruang kerja. Tapi kemarahan saya masih belum reda. Saya membalikkan muka kepada para wartawan itu "Dua orang pernah bilang, daripada judi lebih baik pakai zakat fitrah saja guna mencari uang buat pembangunan. Tapi apa hasilnya? Cuma dapat berapa? Tidak lebih dari lima belas juta rupiah tahun lalu (1972). Setelah saya kerja keras, jumlahnya naik jadi 75 juta lebih. Cuma segitu"
 
Sumber:
1. Buku ALI SADIKIN. Membenahi Jakarta Menjadi Kota Yang Manusiawi

 
dari sumber wawancara :
Pers: Jajaran Muspida menyetujui langkah ini?
Bang Ali: Tidak ada alasan, baik dari pihak Kodam maupun Kepolisian untuk tidak setuju. Sebab uang tersebut langsung disetorkan bandar ke rekening pemerintah DKI yang nantinya masuk ke APBD. Jadi, kami tidak pernah melihat duitnya.
P: Apakah diperhitungkan pro dan kontra terhadap langkah itu?
BA: oh jelas, saya habis-habisan dicaci maki. Karena itu saya disebut gubernur judi, gubernur maksiat.
Banyak ulama yang memprotes saya, tapi lama-lama mereka melihat kenyataannya. Perbaikan kampung yang saya lakukan untuk 3 juta orang Jakarta sekarang menjadi proyek nasional di daerah.
P: Bagaimana kenyataan pemberantasannya?
BA: saya hanya mengizinkan orang-orang yang biasa judi di Macao atau tempat lain. Saya punya catatannya. Yang bukan ahli judi, tidak bisa masuk. Yang mau iseng tidak bisa. Saya tahu ini melanggar agama. Tapi mau apa, saya mengambil manfaatnya untuk masyarakat. Saya akan mempertanggungjawabkannya nanti di akhirat kepada Allah. Semoga Allah mengampuni sayt. Dia maha tahu.
P: Sampai sekarang, tidak menyesal karena itu?
BA: tidak. Tidak ada penyesalan. Itu nanti di akhiratlah. Nanti saya 'jelaskan' kepada Allah. Duit tidak ada, sedangkan tiga juta orang terlantar dalam segala hal kehidupan. Ada judi liar, saya resmikan. Caranya jujur dan terbuka
(Wawancara bang Ali dengan wartawan majalah "Sinar")
Dari buku "Pers bertanya, Bang Ali menjawab"
 
 
 

Sejarah Pramuka Indonesia

PRAMUKA adalah organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Anak – anak yang sudah memasuki usia sekolah tentunya tidak akan asing lagi dengan kegiatan kepramukaan yang biasanya menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan yang mewajibkan anggotanya berpakaian coklat muda untuk pakaian atasan dan coklat tua untuk bawahannya tersebut sangat identik dengan kegiatan kaum muda. Pramuka sudah menjadi sebuah organisasi yang berkembang secara internasional, dan dapat diterima di seluruh dunia karena manfaatnya yang nyata.

Pramuka merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.Tapi sebelum singkatan ini ditetapkan, kata Pramuka asalnya diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX dari kata "Poromuko" yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Dalam dunia internasional, Pramuka disebut dengan istilah ‘Kepanduan’ (Boy Scout).

Sejarah pramuka di Indonesia tidak terlepas dari Gagasan Baden PowelI yang merupakan Bapak Pandu sedunia. Lord Robert Baden-Powell Of Gilwell menuliskan pengalaman dalam pembinaan remaja di negara lnggris, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi gerakan kepanduan (kepramukaan).
Pramuka atau yang dikenal dengan nama Scouting di dunia internasional merupakan suatu gerakan yang membidik atau mendukung orang – orang muda dalam fisik, mental dan perkembangan spiritual, bahwa mereka sebagai orang muda mungkin memerankan peran konstruktif di masyarakat, dengan difokuskan terhadap kemampuan luar ruangan dan bertahan hidup. Saat ini ada lebih dari 40 juta pramuka dewasa dan muda, pria dan wanita, dalam lebih dari 200 negara dan wilayah.

Ide cemerlang Baden-Powell yang ditulis dalam buku Scouting for Boys menyebar ke berbagai negara, termasuk ke Belanda dengan nama "Padvinder". Oleh orang Belanda, gagasan itu dibawa ke Hindia Belanda (Indonesia) yang merupakan daerah jajahannya. Kemudian didirikanlah organisasi bernama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda).

Melihat gerakan kepanduan itu, tokoh-tokoh gerakan nasional berniat mendirikan Padvinders (Pandu) untuk anak bangsa dan kemudian muncullah Padvinders Indonesia seperti JPO (javaanse Padvinders Orgcmizatie), JJP (jong java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamftsche Padvinderzj), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), dan Padvinders Muhammadiyah yang kemudian menjadi nama Hizbul Wathan atau HW.

Sejarah telah mencatat bahwa gerakan pramuka (kepanduaan) turut berperan aktif dalam Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang mencetuskan sumpah pemuda sehingga kepanduan Indonesia semakin berkembang. KH Agus Salim mencetuskan ide untuk mengganti Padvenders dengan nama Pandu atau kepanduan setelah adanya larangan Pemerintah Hindia Belanda menggunakan istilah Padvindery.

Dengan meningkatnya kesadaran nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), dan PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun 1931 terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) yang kemudian berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.

Pada masa penjajahan Jepang, pergerakan Kepanduan sempat dilarang karena para pandu ikut terjun dan bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, idealisme dan semangat tetap menjiwai para pandu.

Setelah kemerdekaan Indonesia, terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia di Solo pada tanggal 28 Desember1945 yang merupakan satu-satunya organisasi kepanduan Indonesia dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Nomor 93/Bhg.A, tanggal 1 Februari 1947.
Pada awal tahun 1950, banyak bermunculan organisasi-organisasi kepanduan sehingga Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, mengganti keputusan Nomor 93/Bhg.A, Tanggal 1 Februari 1947 dengan Keputusan Nomor 23441/ Kab, Tanggal 6 September 1951.
Hal ini memungkinkan organisasi kepanduan lain selain Pandu Rakyat Indonesia. Pada tanggal 16 September 1951, terbentuklah IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) yang diterima menjadi anggota Internasional Conference (Organisasi Kepanduan Sedunia) mewakili Indonesia masuk dalam Far East Regional Scout Officer pada tahun 1953.

Pada tahun 1954, terbentuklah organisasi POPPINDO (Persaudaraan Organisasi Pandu Puteri Indonesia) dan PKPI (Kepanduan Putri Indonesia) yang melebur menjadi PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).

Perkembangan Gerakan Pramuka Indonesia

Dalam kurun waktu 1950-1960 banyak organisasi kepanduan tumbuh di Indonesia. 100 organisasi kepanduan yang terhimpun dalam tiga federasi organisasi, yaitu IPINDO, POPPINDO dan PKPI. Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden Soekarno memberikan amanat pemimpin pandu di Istana Merdeka.

Presiden Soekarno menyatakan pembubaran semua organisasi kepanduan di Indonesia dan kemudian meleburnya menjadi organisasi baru yang bernama Gerakan Pramuka dengan lambang tunas kelapa. Dengan bantuan Perdana Menteri Ir Juanda, maka perjuangan menghasilkan Keppres No 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs Presiden RI Ir Juanda karena Presiden Soekarno sedang berkunjung ke Jepang.

Akhirnya Gerakan Pramuka diperkenalkan resmi kepada khalayak pada tanggal 14 Agustus 1961 bersamaan dengan Presiden RI menganugerahkan panji-panji sebagai penghargaan keikutsertaan para pandu dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Sejak itulah, pada tanggal 14 Agustus 1961 ditetapkan sebagai Hari Pramuka yang setiap tahun diperingati seluruh anggota Gerakan Pramuka se-Indonesia.

Tidak hanya di Jakarta, namun juga di berbagai daerah di Indonesia. Di Ibukota Jakarta, digelar apel besar diikuti 10.000 anggota Gerakan Pramuka yang dilanjutkan dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka tahun 1988 di Dili, Timor-Timor nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka, Sri Sultan Hamengku Buwono IX Raja Kesultanan Yogyakarta (Gubernur Yogyakarta) dan juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara 1973-1978 dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Gerakan Pramuka adalah Bapak Pramuka Indonesia.

Gerakan Kepramukaan Saat Ini

Saat ini gerakan pramuka sesuai rentang usia anak meliputi Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16 -20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kegiatan kepramukaan saat ini merupakan kegiatan di luar lingkungan sekolah dan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan prinsip dasar dan metode kepramukaan, yang memiliki sasaran akhir berupa watak, akhlak dan budi pekerti yang luhur serta disesuaikan dengan perkembangan dan kepentingan masyarakat Indonesia. Ketahui juga sejarah OSIS dan sejarah paskibraka sebagai wadah organisasi pelajar di sekolah.

Hiruk pikuk perebutan kekuasaan yang terjadi pada saat jatuhnya orde baru dan juga terjadinya krisis moneter menyebabkan gerakan pramuka menjadi kurang mendapatkan perhatian oleh banyak kalangan. Hal ini berlangsung cukup lama hingga pada tanggal 26 Oktober 2010, DPR mengesahkan UU no. 12 Tahun 2010 mengenai Gerakan Pramuka. UU tersebut menyatakan bahwa pramuka bukan lagi satu – satunya organisasi yang diperbolehkan untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, sehingga memungkinkan berbagai organisasi profesi untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.

K. H. Subchi, ulama besar guru jenderal Soedirman (Kiai Bambu Runcing)

K. H. Subchi
Kisah hidup Kiai Subchi dari Parakan, Temanggung, seharusnya bisa jadi teladan. Ulama besar ini dikenal rendah hati dan sangat dekat dengan rakyat kecil.

K. H. Subchi (Nama lahir: Mohamad Benjing, Nama setelah berumah tangga R Somowardojo, Nama setelah Haji:Subchi/ Subki/ Subeki) lahir di Parakan, Temanggung, 31 Desember 1858 – meninggal di Parakan, Temanggung, 6 April 1959 pada umur 100 tahun

Dia membagikan hasil panennya untuk rakyat miskin. Kiai Subchi juga mengizinkan tanahnya digarap orang-orang yang tidak memiliki lahan.

"Inilah kebaikan hati Kiai Subchi, hingga disegani rakyat dan memiliki kharisma kuat," demikian ditulis Munawir Aziz dalam buku Pahlawan Santri, Tulang Punggung Pergerakan Nasional.

Jasa-jasa Kiai Subchi selama perang kemerdekaan sangat besar. Dialah yang menggelorakan semangat para santri dan pemuda di Temanggung dan sekitarnya untuk mengusir Belanda yang mau menguasai Indonesia kembali. Dialah ulama yang dipanggil dengan sebutan 'Kiai Bambu Runcing'.

Dia meminta para pemuda mengumpulkan bambu yang ujungnya diruncingkan. Kemudian diberi asma dan doa khusus. Bambu runcing inilah yang kemudian dikenal sebagai simbol perjuangan melawan penjajah.

Panglima TNI Jenderal Soedirman adalah salah satu dari beberapa tokoh besar yang menganggap Kiai Subchi sebagai guru. Soedirman meminta nasihat dan doa dari Sang Kiai sebelum bertempur di Palagan Ambarawa. Sosok Pak Dirman memang dikenal dekat dengan para ulama dan santri.

Semakin hari, semakin banyak pejuang yang datang untuk meminta nasihat dan doa dari Kiai Subchi. Ulama besar yang dikenal rendah hati ini menangis melihat itu semua. Dia merasa tak layak diperlakukan seperti itu. Melihat sikap tawadhu itu Panglima Hizbullah, Kiai Zainul Arifin sampai bergetar hatinya.

Kiai Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, meminta Kiai Subchi terus menyemangati para pemuda. Dia menguatkan hati Kiai Subchi apa yang dilakukannya sudah benar.

Kiai Subchi wafat tahun 1959 dalam usia 109 tahun. Semoga sikap nasionalisme dan rendah hati ulama besar ini selalu diteladani oleh generasi muda.

Slamet Riyadi: Tentara dan rakyat ibarat ikan dan air

Slamet Riyadi
Banyak aparat TNI dan Polri berlaku arogan. Dari mulai berlagak bak koboi di Jl Palmerah, menodong tukang parkir hingga bentrok sesama TNI-Polri. Ada teladan yang mereka lupakan dari sosok Slamet Riyadi, seorang perwira dan pahlawan 60 tahun lalu.

Saat itu Agresi militer Belanda II, tanggal 19 Desember 1949. Slamet Riyadi berpangkat Letnan Kolonel, dia menjabat Komandan Wehrkeise I/Brigade V TNI. Usianya baru 22 tahun. Setelah Yogya dan Solo jatuh, maka sesuai perintah siasat Jenderal Soedirman, seluruh pasukan TNI mundur ke hutan dan pegunungan. Mereka pun menggelar perang gerilya semesta. Slamet Riyadi menekankan pentingnya TNI bersikap baik pada masyarakat. Tidak arogan, atau melakukan sesuatu yang menyakiti hati rakyat.

"Gerilyawan (tentara) harus selalu bergerak di tengah rakyat, seperti ikan dalam air. tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Mereka tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan dari rakyat," ujar Slamet Riyadi pada pasukannya.

Slamet Riyadi juga menindak tegas anggotanya yang ketahuan berlaku kasar pada rakyat. Atau pada pihak-pihak yang berusaha memecah kedekatan TNI dan rakyat.

Slamet Riyadi perwira brilian. Dia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli 1927. Awalnya Slamet menjadi bintara AL Jepang (Kaigun). Dia berniat ikut memberontak bersama Supriyadi di Blitar, namun pemberontakan Supriyadi keburu dipadamkan Jepang. Setelah kemerdekaan, Supriyadi memimpin para pemuda merebut senjata milik Kempetai (polisi militer Jepang). Dia menjadi Komandan Batalyon TNI dan akhirnya menjadi Komandan Brigade V.

Slamet Riyadi pula yang memimpin serangan umum di Solo. Dia dan pasukannya mempecundangi pasukan Belanda yang sebelumnya sudah dipermalukan pasukan Soeharto di Yogyakarta tanggal 1 Maret 1950.Slamet Riyadi punya mimpi TNI memiliki pasukan khusus seperti pasukan khusus baret merah dan baret hijau Belanda. Korps Speciale Troepen. Sayang dia gugur saat memimpin pasukan TNI melawan pemberontak RMS di Maluku tanggal 4 November 1950. Usianya baru 23 tahun saat gugur.

Mimpinya membentuk pasukan khusus, kelak dilanjutkan Kolonel Alex Kawilarang. Pasukan inilah yang nantinya kita kenal sebagai Kopassus.

sumber : merdeka.com