Slamet Riyadi: Tentara dan rakyat ibarat ikan dan air

Slamet Riyadi
Banyak aparat TNI dan Polri berlaku arogan. Dari mulai berlagak bak koboi di Jl Palmerah, menodong tukang parkir hingga bentrok sesama TNI-Polri. Ada teladan yang mereka lupakan dari sosok Slamet Riyadi, seorang perwira dan pahlawan 60 tahun lalu.

Saat itu Agresi militer Belanda II, tanggal 19 Desember 1949. Slamet Riyadi berpangkat Letnan Kolonel, dia menjabat Komandan Wehrkeise I/Brigade V TNI. Usianya baru 22 tahun. Setelah Yogya dan Solo jatuh, maka sesuai perintah siasat Jenderal Soedirman, seluruh pasukan TNI mundur ke hutan dan pegunungan. Mereka pun menggelar perang gerilya semesta. Slamet Riyadi menekankan pentingnya TNI bersikap baik pada masyarakat. Tidak arogan, atau melakukan sesuatu yang menyakiti hati rakyat.

"Gerilyawan (tentara) harus selalu bergerak di tengah rakyat, seperti ikan dalam air. tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Mereka tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan dari rakyat," ujar Slamet Riyadi pada pasukannya.

Slamet Riyadi juga menindak tegas anggotanya yang ketahuan berlaku kasar pada rakyat. Atau pada pihak-pihak yang berusaha memecah kedekatan TNI dan rakyat.

Slamet Riyadi perwira brilian. Dia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli 1927. Awalnya Slamet menjadi bintara AL Jepang (Kaigun). Dia berniat ikut memberontak bersama Supriyadi di Blitar, namun pemberontakan Supriyadi keburu dipadamkan Jepang. Setelah kemerdekaan, Supriyadi memimpin para pemuda merebut senjata milik Kempetai (polisi militer Jepang). Dia menjadi Komandan Batalyon TNI dan akhirnya menjadi Komandan Brigade V.

Slamet Riyadi pula yang memimpin serangan umum di Solo. Dia dan pasukannya mempecundangi pasukan Belanda yang sebelumnya sudah dipermalukan pasukan Soeharto di Yogyakarta tanggal 1 Maret 1950.Slamet Riyadi punya mimpi TNI memiliki pasukan khusus seperti pasukan khusus baret merah dan baret hijau Belanda. Korps Speciale Troepen. Sayang dia gugur saat memimpin pasukan TNI melawan pemberontak RMS di Maluku tanggal 4 November 1950. Usianya baru 23 tahun saat gugur.

Mimpinya membentuk pasukan khusus, kelak dilanjutkan Kolonel Alex Kawilarang. Pasukan inilah yang nantinya kita kenal sebagai Kopassus.

sumber : merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar