Mengampuni Memaafkan dan Melupakan

Setiap orang yang pernah terluka hatinya pasti akan mempunyai perasaan marah, sakit hati, dendam, benci, kecewa, dan lain-lain. Bagaimana kita mampu mengatasi semua perasaan itu kalau kita selalu mengingat bagaimana seseorang telah mengecewakan dan menyakiti hati kita? Apa yang harus dilakukan untuk memaafkannya dan melupakannya? Di saat menangis karena hati terluka, bisakah kita menahan emosi untuk tidak meluapkannya pada orang yang menyakiti hati kita?

Hati bisa kita umpamakan seperti gelas kaca yang harus selalu dijaga, dipegang hati-hati agar tidak jatuh dan pecah. Tetapi bila gelas kaca itu jatuh dan pecah mungkin perlu usaha ekstra untuk mengumpulkan pecahannya dan memperbaikinya kembali dengan segala cara agar terlihat sempurna. Teman, sesempurna apapun usaha yang kita lakukan untuk mengembalikan gelas itu utuh kembali, pasti akan tetap terlihat bekas-bekas keretakan yang ada, dan tidak akan pernah kembali utuh dan indah.

Saya mempunyai seorang teman yang dikecewakan oleh orang lain dan dia sudah memaafkan orang itu tetapi belum bisa melupakan kesalahan yang dibuat temannya itu. Apakah ini bisa dinamakan benar-benar memaafkan? Menurut saya ini tidak bisa di sebut dengan memaafkan. Ketika kita memaafkan seseorang maka kita akan melupakan 100 persen kesalahan yang dibuat orang itu terhadap kita. Kata memaafkan tidak mengenal kata "meskipun". Contohnya seperti ini: "Saya mau berteman denganmu kembali MESKIPUN kamu pernah menyakiti saya." Ketika seseorang mengucapkan kalimat seperti itu itu berarti dia belum bisa melupakan kesalahan yang pernah dibuat orang lain terhadap dirinya. Memaafkan berarti kita sudah melupakan dan tidak akan pernah menyinggung kembali kesalahan yang dibuat oleh orang lain terhadap kita dalam kondisi apapun itu.

Mengampuni dan melupakan merupakan bagian yang tak terpisahan. Pertimbangkanlah sungguh-sungguh keputusan yang anda ambil hari ini, karena yang bertanggung jawab atas hari esok kita adalah keputusan kita hari ini. Melupakan adalah proses dari mengampuni, jadi tidak mungkin kita mengampuni tapi tidak melupakan. Melupakan memang butuh proses, proses melupakan bisa kita umpamakan dengan bekas luka. Kalau tangan kita teriris pisau, pasti sakit dan menimbulkan luka. Ketika dalam proses penyembuhan kita tekan luka tersebut pasti akan mengeluarkan darah lagi. Tapi kalau sudah kering dan sembuh benar, kemudian kita tekan bekas luka tersebut apakah masih berdarah ? Tentu tidak

Demikian pula dalam proses melupakan. Mungkin anda masih ingat dan tahu perbuatan "dia" terhadap "anda" tetapi ketika "anda" mengingat lagi perbuatan "dia" atas "anda" apakah anda masih marah / sinis / sakit hati / bahkan dendam? Kalau iya berarti "anda" belum melupakan kesalahan "dia" (ibarat luka kalo ditekan masih berdarah). Tetapi jika 'anda" mengingat perbuatan "dia" namun tidak ada rasa marah, sinis, sakit hati atau dendam, maka berarti "anda" sudah melupakan. Bekas tetap ada, tapi tidak berdarah lagi.

Sudahkan anda meminta maaf kepada orang yang anda kecewakan/sakiti? Atau sudahkan anda memberikan maaf dan melupakan kesalahan orang yang pernah mengecewakan anda? Kalau belum segera lakukan sekarang sebelum anda kehilangan orang itu selamanya. Semoga kita menjadi murid-murid Kristus yang bukan hanya mengikuti kehendakNya tetapi juga mempraktekannya secara nyata.

0 komentar:

Posting Komentar