Ayah Bukan Superman

Hasil need assesment dari Lembaga Demografi salah satu
universitas negeri di Jakarta. Jajak pendapat itu menerangkan:

Ayah tipe Pertama; cepat marah, jarang ada waktu ngobrol dengan anak, ditakuti anak, dan selalu menakar seluruh pekerjaan dengan uang.

Tipe Kedua, ayah yang ada (fisik) dan rajin tapi tidak tahu harus
berbuat apa. Kita menemukan ayah-ayah ini sering berada di...
rumah. Mereka mengerjakan banyak hal, tapi tidak terlalu mengerti apa yang dikerjakannya. Sebuah gelombang rutinitas menjebak dan membawanya berputar-putar ke dalam pekerjaan yang memiliki kualitas rendah.

Anak-anak menjumpai tokoh ini sepanjang waktu di rumah, namun sayangnya lambat laun sang tokoh menjadi tidak berarti dalam kehidupan mereka. Tidak ada lagi kejutan-kejutan psikologis yang biasa ditunggu-tunggu anak dari seorang ayah yang normal. Ritme komunikasi berjalan tanpa greget dan hambar.

Sebagian besar korban Narkoba dan pelecehan seksual di kalangan remaja memiliki ayah tipe kedua ini.

Ayah bukanlah superman, tapi ia adalah superstar.

Ia bintang di tengah keluarga. Ia pembawa dan penentu
model sekaligus agen sosial. Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan keluarga. Tapi, sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya.Ia membutuhkan dukungan.

Peran sebagai ayah lebih membutuhkan bimbingan sosial dari pada wanita dengan perannya sebagai ibu. Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah harus mencari dukungan dari dirinya sendiri. Mereka haruslah secara kontinyu merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan apresiatif.

Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia
tidaklah satu-satunya ayah yang sedang belajar menjadi superstar. Bahwa anak-anak membutuhkan cinta, dukungan, dorongan dan perlindungannya. Bahwa melalui anak-anak para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, kesucian,
kesabaran dan sebagainya. Bahwa anak-anak melihat dunia luar dengan perantara jendela sang superstar.

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan
sabar berlatih. Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak. Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR,
memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku cerita untuk anaknya, mengantar anak les komputer.

Ayah-ayah inilah yang akan membuat dunia ini berputar
dan menjawab pertanyaan : "Where have all the fathers gone ?"
dengan "Here I am. Now and forever!"

0 komentar:

Posting Komentar