Makna Ketulusan

Kadang atau mungkin seringkali kita menceritakan pada orang lain perbuatan baik yang telah kita lakukan pada orang yang memang membutuhkannya. Dengan bangganya kita mengatakan kita telah berbuat ini dan itu kepada si A dan si B. Memang hal itu sah-sah saja dan terkadang patut diceritakan agar orang lain yang mendengar juga ikut tergerak hati sanubarinya untuk membantu. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita membaca kisah yang dialami sepasang suami istri di Taiwan berikut ini. Kisah mereka sungguh memberikan arti terbaru dari sebuah ketulusan.

Sepasang suami-istri suatu saat berkesempatan untuk pulang ke kampung halaman setelah sekian lama mereka tinggalkan. Begitu mereka memasuki bus, ternyata salah satu bangku pesanan mereka sudah ditempati seorang perempuan. Sang suami meminta istrinya untuk duduk terlebih dulu di sebelah perempuan itu. Sementara sang suami itu sendiri hanya berdiri di samping istrinya tanpa meminta wanita itu untuk pindah tempat duduk. Untuk diketahui, kaki perempuan itu cacat. Dan sang suami memang sudah melihatnya sejak tadi. Karena itulah, dia mengabaikan perempuan yang mengambil jatah kursinya.

Perjalanan pasangan itu bisa dibilang cukup panjang, namun selama itu pula sang suami tetap berdiri dengan sabar dan tenang. Begitu turun dari bus, si istri berkata pada suaminya, "Memberikan tempat duduk pada orang lain yang membutuhkan memang baik. Tapi, bisa kan di separuh perjalanan, kau minta wanita itu untuk berdiri dan bergantian denganmu?" Jawab sang suami, "Wanita itu sudah tidak nyaman seumur hidupnya, sementara aku hanya kurang nyaman selama 3 jam saja." Seperti dikatakan di awal tadi, melakukan sesuatu yang baik "dengan diketahui orang lain" adalah hal yang biasa. Namun, menjadi sesuatu yang luar biasa apabila kebaikan itu tidak diketahui orang lain. Kebaikan itu terasa lebih mulia dan tulus.

1 komentar: