Sepasang suami istri miskin bekerja keras untuk membiayai kuliah anak-anak mereka. Mereka begitu bangga ketika anak-anak mereka akhirnya lulus dan diwisuda. Meski orangtua tidak terpelajar dan berpakaian seadanya, pada saat wisuda anak-anak itu, mereka hadir. Mereka bangga terhadap perjuangan orangtua yang sederhana itu.
Mereka memperkenalkan orangtua mereka kepada para dosen dan teman-temannya yang lain. Saat itu, ada seorang mahasiswi dari keluarga sangat kaya. Ia memeluk orangtua miskin dari temannya itu. Ia terharu. Tidak hanya itu. Ia menangis tersedu-sedu. Ia merasakan kehangatan dari sang ibu yang sederhana itu. Kasih ibu itu seolah mengalir juga ke dalam dirinya.
Setelah memeluk kedua orangtua itu, ia berkata kepada mereka, “Ini pertama kali saya merasakan kasih dari sesama. Bapak dan ibu begitu baik. Kalian memiliki ketulusan hati. Saya tidak pernah merasakannya dari kedua orangtua saya.”
Menurut mahsiswi itu, kedua orangtuanya terlalu sibuk. Mereka punya usaha sendiri-sendiri. Mereka jarang sekali bertemu. Bahkan di rumah pun pertemuan mereka dapat dihitung dengan jari. “Saya tidak tahu apakah orangtua saya sungguh-sungguh mengasihi saya. Yang saya tahu hanya saya tidak pernah mengalami kesulitan dalam hal ekonomi. Apa saja yang saya minta pasti diberi. Orangtua saya pasti menyediakan semua kebutuhan saya.”
Meski begitu, mahasiswi itu tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Ada yang lebih yang ia inginkan dari kedua orangtuanya. Ada yang hilang dalam hidupnya yang mesti ia temukan. Ia merasa hingga kini ia belum menemukan itu. Karena itu, ia bersyukur ada sepasang suami istri sederhana yang memiliki kasih yang tulus bagi anak-anaknya.
Ternyata hidup itu tidak hanya dicukupi oleh materi. Setiap orang butuh materi bagi hidupnya. Namun ada hal yang jauh lebih penting, yaitu kasih yang tulus. Kasih itu tumbuh melalui perhatian dan perjumpaan yang dilakukan. Kasih itu tumbuh dalam suatu relasi yang dekat. Orang tidak bisa menjalin kasih, kalau pertemuan saja jarang sekali terjadi.
Sebagai orang-orang beriman, kasih mesti menjadi andalan dalam hidup. Tanpa kasih, hidup ini tidak bernilai apa-apa. Hidup ini terasa hambar. Orang akan mudah sekali mengalami putus asa. Orang akan mengalami hidup ini tanpa makna.
Karena itu, mari kita tingkatkan relasi kasih yang semakin baik dalam keluarga kita masing-masing. Dengan kasih itu, kita ingin membangun hidup yang lebih baik. Hidup yang sungguh-sungguh menumbuhkan gairah bagi yang lain. Hidup yang selalu memperjuangkan kasih bagi semua orang yang dijumpai dalam hidup ini. Tuhan memberkati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)