Kerajaan Salakanagara

Salakanagara didalam naskah Wangsakerta disebut-sebut sebagai Kerajaan awal di Jawa. Naskah tersebut kemudian diuraikan dalam Sejarah Jawa Barat dan menghubungkan dengan sumber berita luar tentang Salakanagara.

Sebelum membahas kerajaan ini, marilah kita mengupas perihal naskah Wangsakerta ini. Naskah yang dibuat secara lokakarya atau seminar (gotrasawala) ini masih diperdebatkan keabsahannya sebagai sumber sejarah. Para sarjana sejarah, filologi, dan arkeologi masih berdebat tentang data yang tercantum dalam naskah yang disusun oleh para ahli (mahakawi) “sejarah” dari berbagai pelosok Nusantara. Kitab ini terbagi dalam lima parwa (jilid), dan setiap parwa tersusun atas lima sarga (bab). Selain Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara, terdapat naskah-naskah lainnya yang disusun panitia Wangsakerta, seperti Carita Parahyangan, Nagarakretabhumi, Pustaka Dwipantara, Pustaka Pararawtan I Bhumi Jawadwipa.

Jauh-jauh hari sebelum berbentuk kerajaan, Salakanagara dikenal sebagai kota perdagangan dan persinggahan para Saudagar asia, seperti Arab, India dan China. Sehingga wajar jika keberadaan Salakanagara diberitakan oleh mereka.

Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan Dewi Pwahaci Larasati puteri Aki Tirem penghulu setempat.

Rajatapura (sekarang: Teluk Lada Pandeglang) adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.

Wilayah Salakanagara meliputi daerah Jawa Barat bagian barat, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa, dan laut yang membentang antara Jawa dan Sumatra. Karena letaknya strategis, Salakanagara merupakan tempat perahu dagang berlalu-lalang dari arah barat ke timur dan sebaliknya. Maka dari itu, perahu-perahu tersebut mau tak mau harus singgah di sana dan menghadiahkan persembahan/upeti kepada raja (semacam pajak). Sebagai imbalannya, perahu tersebut mendapat perlindungan dari raja. Sebaliknya, para perompak dan pengacau keamanan akan ditindak keras: perahu mereka dirampas, perompaknya dihukum gantung.

Jayasinghawarmanseorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya. Lalu menjadi menantu Dewawarman VIII yang memindahkan pusat pemerintahan dari Rajatapura ke Tarumanagara.


0 komentar:

Posting Komentar