Indonesia Hasil Percontekan Gagal

Isu panas wisata anggota DPR ke Luar Negri tak akan pernah lekang oleh waktu. Dari masa ke masa akan terus menjadi perdebatan hangat. Dengan alasan study banding atau apapun menghabiskan dana yang memang sudah dianggarkan. Sayangnya sebagian besar perjalanan itu bebuah kegagalan atau lebih tepat berbuah kesenangan individu semata.

Bertahun-tahun setelah masa revolusi atau sering disebut masa demokrasi bangsa ini tidak menunjukan suatu jati diri. Bahkan seperti orang amnesia yang tidak tahu siapa dirinya. Masih adakah jiwa Sriwijaya atau Majapahit yang mampu menguasai setengah bumi?

Percontekan itu tidak hanya menggrogoti ranah politik, tetapi juga dunia muda. Kita lihat saja tarian kaki bumi papua yang kalah tenar disbanding suffel. Atau lagu daerah yang tidak terdengar justri k-pop yang tiap detik berkumandang. Saya rasa percotekan ini adalah kesalahan. Jika anda menghadapi ujian nasional bangsa ini hanya mencontek ABC nya saja. “di Eropa sedikit tumbuhan lalu kita gunduli hutan”.

Saya hidup di Eropa hampir 3 tahun, tak ada yang lebih istimewa dari Indonesia. Tetapi ketika pulang bangsa Indonesia berubah menjadi lebih buruk dari mereka. Kita sudah kehilangan banyak hal.

Saya melihat bagaimana bangsa eropa mempertahankan arsitek bangunannya, budaya kemasyarakatannya. Tapi kita menghilangkan gaya arsitek Indonesia, melupakan budaya kita. Yang parah tahu-tahu marah ketika Malaysia meng klaim padahal kita melupakan. Anehnya kita tidak belajar dari pengalaman itu, kita tetap tidak mau mempertahankan atau belajar tadisi nenek moyang kita.

Kesalah juga terjadi di system pendidikan formal Indonesia. Lihat saja pelajaran sejarah membesar-besarkan bagaimana Belanda menjajah kita atau jepang memberlakukan keja rodi. Selain itu juga kesalahan pada system pengajaran yang nanggung mencontek system teoritis ala amerika tidak kesampean dan praktek ala eropa tidak berjalan.

Di dunia hukum pun begitu, hukum tertulis gaya peninggalan belanda tidak panyak diketahui oleh masyarakat. Yang di kehui aja cenderung dilanggar apalagi yang tidak di ketahui, orang hukum pun juga banyak melanggar. Mungkin mitos lebih ampuh mensiasati ketertiban masyarakat. Sayangnya sudah lama hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Kita memang harus belajar dari bangsa lain tapi bukan berati kita harus seperti bangsa tersebut. Budaya mencontek yang turun temurun menghancurkan bangsa ini. Tidak heran jika kita di jadikan budak di negri sendri dengan iming-iming gaya hidup bangsa lain.
Bung Karno sudah mengingatkan kita, mungkin hanya jadi sejarah yang terlupakan.

Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan
mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan
itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan
gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia,
belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama
sekali.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]

Demokrasi kita harus kita jalankan adalah Demokrasi Indonesia,
membawa kepribadian Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 105

0 komentar:

Posting Komentar