Sengit Ndulit, Gething Nyanding

Oleh karena tidak lagi sering digunakan, ungkapan yang menjadi judul tulisan ini, seakan kata-kata dari bahasa asing. Ungkapan dari masyarakat Jawa tersebut secara sederhana masing-masing kata memiliki arti sbb: sengit = benci, ndulit = mencolek, gething = sangat benci, sedang nyanding = bersanding. Secara keseluruhan ungkapan itu memiliki arti bahwa siapa yang membenci akan mencolek, siapa yang sangat membenci akan bersandingan.

Dalam kehidupan nyata, sidang pembaca pasti ada yang pernah atau bahkan sampai sekarang masih membenci sesuatu atau seseorang. Bila hal itu terjadi, maka bersiap-siaplah Anda untuk mencoleknya entah dalam arti mengundang, meminta bantuan, mengajak bicara ataupun bertemu dalam suasana yang menjebak dan mengharuskan Anda untuk mencoleknya. Apabila tingkat kebencian tersebut sudah sampai ubun-ubun, yang dalam bahasa Jawa diungkapkan dalam pepatah: Dadio godhong emoh nyuwek, dadio banyu emoh nyawuk (Seandainya jadi daun, ndak mau nyobek, seandainya jadi air, ndak mau membasuh), maka akan tiba saatnya hidup Anda akan selalu bersanding dengannya.

Fenomena Sengit ndulit, Gething nyanding sebetulnya fenomena universal. Dalam dunia Islam ada kisah tentang Umar bin Khatab yang membenci nabi sampai bermaksud membunuh. Akan tetapi kebencian yang telah sampai ke ubun-ubun tersebut menjadikan dia justru harus hidup selalu bersanding dengan Nabi. Hal yang sama terjadi juga di dunia Kristen, yaitu Paulus atau Saulus dari Tarsus yang memburu Yesus, tetapi berbalik justru menjadi salah satu pengikut tersetianya. ANda sekalian dapat menambahkan banyak sekali kisah sejenis, tetapi masyarakat Jawa lah yang pertama merumuskannya dalam bangun teori...

Bagaimana untuk menghindarkan akibat yang tidak mengenakkan dari perasaan membenci? Banyak jalan yang dapat ditempuh. Para ibu yang sedang hamil biasanya menghindari dengan berucap "amit-amit jabang bayi" dengan maksud agar anaknya tidak kena tuah menjadi mirip yang dibenci...

Pepatah itu hendak menyampaikan pesan bahwa dalam hidup ini jangan mengambil posisi ekstrem, baik kanan maupun kiri. Sak madya atau moderat saja... Kalau sedang senang ya cukup tersenyum. Jangan biarkan diri Anda tertawa terbahak-bahak agar kesenangan tersebut tidak segera berubah menjadi kesedihan yang berurai air mata. Begitu pula kalau sedang ditimpa masalah, tidak perlu termehek-mehek atau mengeluh seakan kiamat segera tiba. Jalani semua masalah dengan ikhlas...

Bagaimana agar mampu mengambil posisi moderat atau sak madya saja? Kuncinya adalah: rasional dan berdikari. Rasional dalam arti gunakan akal sehat dan hindarkan dominasi emosi dalam kehidupan. Berdikari artinya segala sesuatu tergantung diri Anda sendiri dan jangan biarkan pihak lian menjadi gantungan Anda, termasuk di dalamnya Tuhan atau roh-roh gaib lainnya. Benda atau makhluk di luar diri Anda akan mempengaruhi, tetapi penentunya adalah diri Anda sendiri. Oleh karena itu, perhitungkan segala sesuatu sebaik mungkin dan keputusan Anda dipastikan akan menjadi sak madya atau moderat.... Mau Coba? Silahkan


-sastro sukamiskin-

0 komentar:

Posting Komentar