Semakuk Bakso

Ani gadis kecil anak pertama dari dua bersaudara. Ibunya selalu bangun pagi ketika ani ulang tahun untuk memasak masakan kesukaan ani. Setelah ani bangun tidur pasti masakan ibunya sudah tertata rapi di meja makan dengan keluarga kecilnya duduk mengelilingi meja makan. Kata selmat ulang tahun terdengar menyambut ani yang berjalan ke meja makan dan memberikan kado untuk ani.

Suatu hari tepat hari ulang tahun ani, betapa kecewanya dia melihat meja makan yang kosong. tah ada makanan kesukaan ani, tak ada keluarga yang duduk di ditu. Kesal, Marah, Jengkel, Sedih terukir di pikiran ani saat itu. "Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"

Sampai siang tidak seorangpun orang rumah yang peduli padanya. Semakin jengkel lah ani melihat, merasakan semua itu. Tak ada seorangpun yang menyapa, memberi selamat, ciuman ataupun kado di hari ulang tahunnya. Dengan perasaan sedih jengkel dia pergi meninggalkan rumah, dengan berjalan tanpa tujuan, hingga akhirnya perut kosong pun mulai memberontak, rasa lapar sangat di rasakan oleh ani. dia melihat di seberang jalan ada sebuah gerobak bakso dan penjualnya yang dang melayani pembeli. Ani melihat kepulan asap dan aroma bakso yang sangat menggoda seleranya, apa lagi dengan perutnya yang kosong. Dia menatap terus semangkuk bakso yang di sajikan ke pembelinya.

Tiba-tipa abang tukang bakso menyapanya "Mau beli bakso neng?".

"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.

"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Mari neng duduk, abang sajikan bakso paling enak"

Ani pun duduk di dekat gerobak bakso itu.
Setelah makan bakso itu ani pun ter sendu-sendu meneteskan air mata.

"lho kenapa neng?, tidak enak ya baksonya?" abang bakso menanggapi tangisan ani

"Saya jadi ingat ibu saya, bang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."

"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini?" sahut abang abang bakso itu.

Anipun tersentak sebntar, saat itu juga dia berterimakasih kepada abang tukang bakso dan bergegas pulang. Diapun berlari menuju arah rumah setelah memencet bel, ibunya membuka langsing memeluk ani. wajah ibunya yang cemas berubah menjadi wajah lega.

"Ani, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Ani, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan kamu. Ani pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."

"Ibu, maafkan Ani" Ani pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Ani semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk anak kesayangannya itu.


Catatan Kecil

Apa yang ada dalam benak anda sekarang? Terkadang memang suatu pertolongan kecil lebih terlihat atau terasa oleh anda. Dari pada pertolongan besar. ada pepatah "Semut di seberang tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak" Terkadang kita tidak berterimakasih pada pemberian, bantuan, atau apapun yang besar. Terlebih kepada orang tua yang sudah memberikan banyak hal kepada kita. Kita sering memvonis ketika orang tua tidak bisa memberikan apa yang kita harapkan.

Kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, sahabat dan dengan orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar